Kamis, 29 Maret 2018

Tawassul Boleh Dan Benar adanya oleh agama islam.

Bolehkah menghadiahkan pahala bacaan Al-Quran dan dzikir kepada orang yang telah mati?
Ya, itu dibolehkan. Madzhab yang benar dan terpilih menyatakan sampai­nya pahala bacaan dan amal-amal jas­mani lainnya kepada mereka, dan bah­wasanya karena itu pula mereka bisa men­dapatkan pengampunan atas dosa atau peningkatan derajat, cahaya, ke­gembiraan, dan pahala lainnya lantaran karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Apa dalilnya?
Dalilnya, Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam bersabda, “Ba­calah surah Yasin kepada orang-orang mati di antara kalian.” – Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Abu Daud (3121), Ibnu Majah (1448), dan lainnya, dari hadits Ma’qil bin Yasar Radhiyallohu ‘Anhu.
Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam juga bersabda, “Ya-Sin adalah jantung Al-Quran. Tidaklah seseorang membacanya dengan niat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menghendaki ne­geri akhirat melainkan Allah mengam­puninya. Dan bacakanlah ia kepada orang-orang mati di antara kalian.” – Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (5: 26), An-Nasa’i dalam Al-Kubra (10914), dan lainnya.
Ulama ahli tahqiq menyatakan, ha­dits ini bersifat umum, mencakup bacaan kepada orang sekarat yang akan mati dan bacaan kepada orang yang sudah mati. Inilah pengertian yang jelas dari hadits di atas.
Hadits ini menjadi dalil bahwa baca­an tersebut sampai kepada orang-orang yang sudah mati dan adanya manfaat padanya sebagaimana yang disepakati para ulama. Perbedaan pendapat hanya berkaitan jika pembaca tidak berdoa setelahnya dengan doa semacam ini, misalnya, “Ya Allah, jadikanlah pahala bacaan kami kepada Fulan.”
Jika seesorang membaca doa ini se­bagaimana yang diamalkan kaum mus­limin, yang memberikan pahala bacaan mereka kepada orang-orang mati di an­tara mereka, tidak ada perbedaan pen­da­pat di antara ulama terkait sampainya bacaan itu, karena ia dikategorikan seba­gai doa yang disepakati tersampai­nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka ber­doa, ‘Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami’.” – Qur’an Surat Al-Hasyr (59): 10.
Jika dia tidak berdoa demikian de­ngan bacaannya itu, menurut pendapat yang termasyhur dalam Madzhab Syafi’i, pahalanya tidak sampai. Namun ulama Madzhab Syafi’i generasi akhir menyata­kan, pahala bacaan dan dzikir sampai kepada mayit, seperti mazhab tiga Imam yang lain, dan inilah yang diamalkan umat pada umumnya. “Apa yang menu­rut kaum muslimin baik, itu baik di sisi Allah.” Ini adalah perkataan Ibnu Mas’ud Radhiyallohu ‘Anhu.
Sayyidil Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, semoga Allah melimpahkan manfaat kepada kita lantarannya, mengatakan, “Di antara yang paling besar keberkah­annya dan paling banyak manfaatnya untuk dihadiahkan kepada orang-orang mati adalah bacaan Al-Quran dan meng­hadiahkan pahalanya kepada mereka. Kaum muslimin pun telah mengamalkan ini di berbagai negeri dan masa. Mayo­ritas ulama dan orang-orang shalih, salaf maupun khalaf, pun berpendapat demi­kian.” Silakan simak perkataan Al-Haddad Radhiyallohu ‘Anhu selengkapnya dalam Sabil al-Iddikar.
Dari Ibnu Umar Radhiyallohu ‘Anhu, ia mengatakan, “Jika salah seorang di antara kalian mati, janganlah kalian menahannya. Segera­kanlah ia ke kuburnya, dan hendaknya di­bacakan permulaan Al-Baqarah di dekat kepalanya, dan di dekat kedua kaki­nya dengan penutup Al-Baqarah.” – Disampaikan secara marfu’ (perkataan sahabat yang dinisbahkan sebagai per­kataan Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam) oleh Imam Ath-Thabarani dalam Al-Kabir (12: 444) dan Imam Al-Baihaqi dalam Asy-Syu’ab (7: 16) dari hadits Ibnu Umar Radhiyallohu ‘Anhu. Al-Baihaqi mengatakan, yang benar adalah bahwasanya itu adalah perkataan Ibnu Umar Radhiyallohu ‘Anhu.
Dalam kitabnya, Ar-Ruh, Ibnu Qayyim mengungkapkan adanya penyampaian pelajaran di atas kubur. Ia berhujjah, se­jumlah ulama salah berwasiat agar di­adakan bacaan pada kubur mereka, di antaranya adalah Ibnu Umar, yang ber­wasiat agar dibacakan surah Al-Baqarah pada kuburnya, dan bahwasanya kaum Anshar mengamalkan jika ada orang yang mati, maka mereka silih berganti ke kuburnya untuk membaca Al-Quran padanya (Ar-Ruh hlm. 10).
Ulama menyatakan, seseorang di­bolehkan menghadiahkan pahala amal­nya kepada orang lain, baik itu berupa bacaan maupun yang lainnya. Dalilnya, hadits yang diriwayatkan Amru bin Syu’aib, dari bapaknya, dari kakeknya, Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam, yang bersabda, “Dibolehkan bagi salah seorang di antara kalian, jika hendak bersedekah dengan sukarela, memberikannya kepada kedua orang­tuanya. Dengan demikian, kedua orang­tuanya mendapatkan pahala sedekah­nya dan ia pun mendapatkan seperti pa­hala kedua orangtuanya tanpa mengu­rangi pahala kedua orangtuanya sedikit pun.” – Disampaikan oleh Imam Ath-Thabrani dalam Al-Ausath (7: 92) dan Abu Syaikh Ibnu Hayyan dalam Thabaqat Al-Muhad­ditsin bi Ashbahan (3: 610).
Di antara hadits-hadits yang diriwa­yat­kan terkait hal ini, meskipun dhaif, telah ditetapkan di antara ulama hadits bahwasanya hadits dhaif dapat diamal­kan terkait fadhail al-a’mal, keutamaan-keutamaan amal.
Apa hukum bacaan Al-Quran kepada mayit dan di atas kubur?
Imam Syafi’i Rahimahullah menyatakan, dianjurkan membaca ayat apapun dari Al-Quran di dekat kubur. Jika mereka mengkhatamkan Al-Quran seluruhnya, itu baik. Ini disebutkan oleh Imam An-Nawawi dalam Riyadh Ash-Shalihin dan dalam Al-Adzkar.
Apa dalil yang membolehkannya?
Dalilnya, sebagaimana yang baru saja disampaikan di atas, perkataan Ibnu Umar Radhiyallohu ‘Anhu, “Jika salah seorang di antara kalian mati, janganlah kalian menahan­nya. Segerakanlah ia ke kuburnya, dan hendaknya dibacakan permulaan Al-Ba­qarah di dekat kepalanya, dan di dekat kedua kakinya dengan penutup Al-Baqarah.”
Hadits marfu’ juga telah disampaikan sebelum ini, “Bacalah Ya-Sin kepada orang-orang yang mati di antara kalian.” Sebagian ulama hadits menafsirkannya pada makna sebenarnya, sebagaimana ini cukup jelas dari lafal hadits. Semen­tara sebagian yang lain menafsirkannya pada makna kiasan. Maksudnya, orang yang sudah mendekati kematiannya. Namun masing-masing makna dimung­kinkan. Dan seandainya kedua makna ini sama-sama diamalkan, itu lebih baik.
Al-Khallal meriwayatkan dari Sya’bi, ia mengatakan: “Jika di antara kaum Anshar ada orang yang mati, mereka silih berganti ke kuburnya untuk mem­baca Al-Quran. Demikian. Kaum muslim­in pun masih tetap membaca Al-Quran kepada orang-orang mati sejak masa kaum Anshar”.
Dari semua penjelasan di atas dapat diketahui bahwasanya bacaan Al-Quran di atas kubur merupakan anjuran syari’at. Allah lebih mengetahui.
Apa makna firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan tidaklah manusia mendapatkan kecuali apa yang diusahakannya.” – Quran Surat An-Najm (53): 39, dan sabda Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam, “Jika manusia mati, terputuslah amalnya”?
Dalam kitab Ar-Ruh, Ibnu Qayyim mengatakan, Al-Quran tidak menafikan seseorang mendapatkan manfaat dari usaha orang lain, tetapi Al-Quran hanya memberitahukan bahwasanya ia tidak memiliki kecuali usahanya. Adapun usaha orang lain, itu adalah milik orang yang melakukannya. Orang lain itu dapat menghendaki memberikannya kepada orang lain atau menghendaki menahan­nya untuk dirinya sendiri. Dalam hal ini, Allah SWT tidak menyatakan “Sesung­guhnya dia tidak boleh menerima man­faat kecuali lantaran apa yang diusaha­kannya sendiri.”
Sabda Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam, “Terputuslah amal­nya.” Beliau tidak menyatakan “Peman­faatannya”, tetapi beliau hanya memberi­tahukan ihwal keterputusan amalnya. Ada­pun amal orang lain, itu menjadi hak orang yang melakukannya. Jika ia mem­berikannya kepadanya, pahala amal orang yang melakukannya sampai ke­padanya, bukan pahala amalnya sendiri. Dengan demikian, yang terputus adalah satu hal, dan yang sampai adalah hal lainnya. Demikian yang disampaikannya secara ringkas (Kitab Ar-Ruh halaman 129).
Ulama tafsir menyebutkan dari Ibnu Abbas Radhiyallohu ‘Anhu, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan se­sungguhnya manusia tidak mendapat­kan kecuali apa yang diusahakannya” – Quran Surat An-Najm (53): 39, telah dihapus hu­kumnya dalam syari’at ini dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan orang-orang yang ber­iman, beserta anak-cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak-cucu mereka.” – Quran Surat Ath-Thur (52): 21. Allah memasukkan anak-cucu ke dalam surga lantaran kebajikan leluhur mereka. (Lihat Tafsîr Al-Qurthubi (17: 114)).
Ikrimah mengatakan, itu terjadi pada kaum Musa ‘Alaihis Salam. Adapun umat ini menda­patkan apa yang mereka usahakan dan mendapatkan pula apa yang diusahakan oleh yang lain. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan bahwa seorang wa­nita mengangkat bayinya dan bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah anak ini men­dapatkan pahala haji?”
Beliau menjawab, “Benar, dan bagi­mu pahala.” – Hadits ini disampaikan oleh Imam Muslim (1336) dan lainnya, dari hadits Ibnu Abbas Radhiyallohu ‘Anhu.
Yang lainnya bertanya kepada Nabi SAW, “Ibuku terluputkan dirinya (mati tanpa wasiat), apakah ia mendapatkan pahala jika aku bersedekah atas nama dia?”
Beliau menjawab, “Benar.” – Hadits ini disampaikan oleh Imam Al-Bukhari (1322) dan Muslim (1004) dari hadits Aisyah Radhiyallohu ‘Anha.
Perkataan penanya, “terluputkan”, kata ini diucapkan terkait orang yang mati secara tiba-tiba, dan diucapkan pula terkait orang yang tewas oleh jin dan gangguan. “Dirinya,” menurut Imam Na­wawi, “kami menulisnya dengan harakat fathah dan dhammah nafsaha dan naf­suha, dengan nashab dan rafa’. Bacaan rafa’ dengan maksud sebagai obyek yang tidak disebutkan subyeknya. Nashab dengan maksud sebagai obyek kedua.” – Syarh Muslim (7: 89-90).
Demikian, Allah lebih mengetahui.
Apa hukum bacaan Al-Fatihah dan bacaan kepada mayit serta tawasul dengannya untuk penerimaan doa?
Ketahuilah, di antara yang terbesar keberkahannya dan terbanyak manfaat­nya untuk dihadiahkan kepada orang-orang mati adalah bacaan Al-Quran Al-‘Adzim dan menghadiahkan pahalanya kepada mereka. Mayoritas ulama dan orang-orang shalih, baik salaf maupun khalaf, berpendapat demikian, dan kaum muslimin di berbagai masa dan negeri pun mengamalkannya. Dalam hadis marfu’ yang telah disampaikan terdahulu dinyatakan, “Jantung Al-Quran adalah Ya-Sin. Tidaklah seseorang membaca­nya dengan niat kepada Allah dan meng­hendaki negeri akhirat melainkan ia di­ampuni. Hendaknya kalian membaca­nya kepada orang-orang mati di antara kalian.”
Diriwayatkan dalam hadits dhaif, “Siapa yang masuk pemakaman dan mem­baca ‘Katakanlah: Dialah Allah Yang Esa’ sebelas kali, kemudian mem­berikan pahalanya kepada orang-orang mati, ia diberi pahala sesuai dengan jum­lah orang-orang yang mati.” Diriwayat­kan oleh Imam Ar-Rafi’i dalam kitabnya At-Tarikh dan Ad-Daraquthni dalam kitab­nya As-Sunan.
Adapun tawasul dengan surah Al-Fatihah terkait penerimaan doa, ini se­baik-baik wasilah. Pada hakikatnya, itu hanyalah tawasul dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam hadits qudsi dikatakan, “Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku dua bagian, dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta.” Disampaikan oleh Imam Muslim dalam kitabnya Shahîh Muslim (598) dari hadits Abu Hurairah Radhiyallohu ‘Anhu.
Oleh: Sayyidil Habib Zein bin Smith Ba’alwi Madinah, Ketua Umum Rabithah Alawiyah/ Mustasyar PBNU dalam tanya jawab yang dimuat Majalah Al Kisah/ Sufi Road.

Apa Sih Manfaat Tahlil ? ...

Para ulama telah sepakat bahwa sampainya kiriman pahala sedekah atas nama orang yang telah meninggal.
Hasil gambar untuk tahlil

Seperti yang telah disebutkan dalam hadis-hadis yang sahih di antaranya;

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أُمِّي افْتُلِتَتْ نَفْسُهَا وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ فَهَلْ لَهَا أَجْرٌ إِنْ 
تَصَدَّقْتُ عَنْهَا قَالَ نَعَم

Dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwa ada seorang laki-laki berkata, kepada Nabi ﷺ : "Ibuku meninggal dunia dengan mendadak, dan aku menduga seandainya dia sempat berbicara dia akan bershadaqah. Apakah dia akan memperoleh pahala jika aku bershadaqah untuknya (atas namanya)?". Beliau menjawab: "Ya, benar". (HR. Bukhari )

Imam Muslim juga meriwayatkan hadis yang semisal di dalam kitab sahihnya pada bab;

وصول ثواب الصدقات إلى الميت.
Sampainya pahala sedekah kepada mayit.
Islam tentunya agama yang mengayomi semua lapisan baik yang kaya maupun yang miskin . Jika si kaya mampu bersedekah dengan hartanya, tentu si miskin pun ada cara agar mereka juga bisa bersedekah. Seperti yang di jelaskan dalam hadist yang sahih. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةً
Sesungguhnya pada setiap kalimat tasbih adalah sedekah, setiap kalimat takbir adalah sedekah, setiap kalimat tahmid adalah sedekah, setiap kalimat tahlil adalah sedekah,.(HR. Muslim)

Tidak dipungkiri lagi bahwa bacaan kalimat tasbih, takbir, tahmid dan tahlil  merupakan salah satu bentuk sedekah. Dalam Al-Quran disebutkan:

وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلاً
Amalan-amalan yang kekal lagi saleh (al-baqiyatus salihat) adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS. Al-Kahfi: 46)

Banyak ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan amalan-amalan yang kekal lagi saleh (al-baqiyatus salihat) adalah bacaan ini:

سُبْحَانَ اللَّهِ،  وَالْحَمْدُ لِلَّهِ،  وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ،  وَاللَّهُ أَكْبَرُ
Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar.

Diantara manfaat dan keutamaan bacaan tersebut yaitu:

Merupakan bacaan yang paling di sukai oleh Allah ﷻ
Rasulullah ﷺ bersabda:
أَحَبُّ الْكَلَامِ إِلَى اللَّهِ أَرْبَعٌ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَر َ
"Ada empat ucapan yang paling di sukai Allah Subhanahu Wa Ta'ala; 1. Subhanallah,
2. Al Hamdulillah, 
3. Laa ilaaha illallah, 
4. Allahu Akbar. . (HR. Muslim)


Dan juga merupakan bacaan yang paling dicintai oleh Rasulullah ﷺ

Rasulullah ﷺ bersabda:

لَأَنْ أَقُوْلَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ
Sesungguhnya membaca, Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar adalah lebih aku cintai daripada segala sesuatu yang terkena oleh sinar matahari. (HR. Muslim)

Dan juga merupakan bacaan yang merontokkan dosa.
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ تَنْفُضُ الْخَطَايَا كَمَا تَنْفُضُ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا
"Sesungguhnya bacaan 'subhaanAllah wal hamdu lillaah wa laa ilaaha illa Allah wa Allahu akbar' merontokkan dosa-dosa sebagaimana sebatang pohon yang merontokkan daunnya."
(HR. Ahmad, Abu Daud , Ibnu Majah)


Inilah sesungguhnya hakikat tahlilan, yaitu amaliyah yang dihimpun dari Al-Quran dan As-sunnah .
والله أعلم....

Apa Sih Manfaat Sholat Dhuha ? ...

Manfaat sholat dhuha memang sangat banyak baik untuk jasmani maupun rohani, sehingga akan sangat baik jika dilakukan setiap hari, dan pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai manfaat dari sholat dhuha. Sholat dhuha sendiri merupakan sholat yang dilakukan pada saat matahari baru terbit sekitar pukul 08.00 sampai dengan waktu dzuhur.
Manfaat sholat dhuha sendiri memang sangat banyak dan tentu saja sangat bermanfaat untuk seseorang, selain untuk membukakan pintu rezeki agar lebih baik, sholat dhuha sendiri juga memiliki manfaat lain untuk kesehatan dan juga kecantikan. Adapun beberapa manfaat sholat dhuha untuk kesehatan dan kecantikan adalah sebagai berikut:

Manfaat Sholat Dhuha Untuk Kesehatan

Yang pertama adalah manfaat untuk kesehatan, sholat dhuha sendiri memang tidak hanya bermanfaat untuk rohani saja melainkan juga untuk kesehatan. Mengapa bisa demikian? Hal tersebut karena di dalam sholat dhuha terdapat beberapa gerakan yang harus dilakukan, oleh karena itu sholat dhuha juga bisa dimanfaatkan sebagai salah satu kegiatan dalam berolahraga.
1. Olahraga Tanpa di Sadari
Penjelasannya sendiri adalah sholat dhuha dilakukan pada saat masih pagi hari yaitu  sekitar pukul 08.00 sampai dengan menjelang dhuhur, dan jam – jam tersebut merupakan waktu yang sangat baik untuk berolahraga, oleh karena itu melakukan sholat dhuha sama saja dengan berolahraga karena nantinya bisa dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan tulang serta otot karena setiap persendian bergerak, mulai dari tangan, siku sampai dengan lutut dan kaki. Manfaat gerakan sholat memang dapat memberikan efek olahraga tanpa di sadari.
2. Melancarkan peredaran darah
Selain itu juga sholat dhuha membantu untuk melancarkan peredaran darah yang ada di dalam tubuh manusia karena semua pergerakan dalam sholat dhuha sangat lengkap. Mulai dari mengangkat kedua tangan, membungkuk saat gerakan rukuk, kemudian juga gerakan sujud yang mana kepala berada lebih rendah dibandingkan badan dan darah tersebut juga mengalir ke kepala kemudian pada saat duduk aliran darah dinormalkan kembali.
3. Menormalkan Produksi Hormon
Selain itu juga sangat bermanfaat untuk menormalkan produksi hormon yang ada di dalam tubuh. Jadi sholat dhuha memang sangat bermanfaat dan efektif untuk menjaga kesehatan tubuh, baik untuk bagian tubuh, organ tubuh sampai dengan beberapa cairan dan juga hormone dalam tubuh.

Manfaat sholat dhuha untuk rohani

4. Membuat jiwa lebih tenang
Selain bermanfaat untuk menjaga kesehatan karena beberapa gerakan yang sangat mempengaruhi kondisi tubuh, sholat dhuha juga sangat bermanfaat untuk menjaga rohani, yang mana nantinya jiwa akan menjadi lebih tenang, terlebih lagi jika rezeki memang sudah dibukakan dan dipermudah di dalam mendapatkan rezeki.
5. Menghilangkan Stress
Selain itu sholat dhuha maupun sholat yang lainnya akan membantu umat muslim untuk bisa mendapatkan ketenangan batin sehingga terhindar dari stress. Stress sendiri merupakan salah satu hal yang sangat mengganggu dan bisa menimbulkan resiko terkena berbagai macam penyakit. Mulai dari mengambil air wudhu sebenarnya sudah bisa membuat batin dan pikiran menjadi tenang namun jika ditambah dengan sholat dhuha tentu saja akan jauh lebih tenang. Jadi menurut sebagian besar orang, melakukan sholat dhuha sendiri memang akan mendapatkan ketenangan dan juga rezekinya lancar sehingga beberapa umat muslim melakukan / menjalankan sholat dhuha setiap hari.

Manfaat Sholat Dhuha Untuk Kecantikan

Kecantikan merupakan salah satu hal yang sangat diimpikan oleh semua wanita, oleh karena itu selain dengan melakukan perawatan, umat muslim bisa juga merawat kecantikan dengan melakukan sholat baik sholat wajib / sholat 5 waktu maupun sunah, salah satunya sholat dhuha.
6. Kebersihan Muka
Selain beberapa manfaat di atas, sholat dhuha juga sangat bermanfaat untuk kecantikan yang mana pada saat berwudhu wajah akan dibasuh dengan air bersih sehingga kulit juga akan selalu terjaga kebersihannya. Kemudian juga pada saat berwudhu dan saat membasuh wajah dengan tepat tentu saja kulit akan kencang sehingga tidak mudah kendur dan memberikan manfaat agar awet muda.
7. Wajah Berseri
Selain itu juga dengan menjalankan sholat dhuha serta sholat 5 waktu tentu saja kecantikan akan terpancar secara alami dengan sendirinya sehingga setelah berwudhu serta menjalankan sholat biasanya wajah seseorang akan terlihat lebih berseri. Dan hal terseut juga sudah banyak yang membuktikannya.

Manfaat Sholat Dhuha Untuk Kesuksesan

Selain berusaha, berdoa juga merupakan salah satu cara untuk mendapatkan kesuksesan bagi setiap orang, untuk umat muslim sendiri cara berdoa adalah dengan menjalankan ibadah sholat, termasuk sholat dhuha.
8. Membuka Pintau Rezeki
Pada dasarnya sholat dhuha memang sangat bermanfaat untuk membukakan pintu rezeki, tak hanya itu tetapi juga akan membantu dalam mendapatkan kesuksesan. Namun kesuksesan juga tidak bisa didapatkan hanya dengan berdoa tanpa ada usaha, oleh karena itu agar lebih seimbang dan juga menjadi berkah, semuanya harus dilakukan yaitu dengan berusaha dan ditunjang dengan berdoa, salah satunya dengan menjalankan sholat dhuha tersebut. Jadi itulah beberapa yang perlu diketahui oleh semua umat muslim mengenai manfaat sholat dhuha.

Tata Cara Sholat Dhuha

Sholat dhuha sendiri merupakan kegiatan sholat sunah yang dilakukan dengan tujuan untuk membukakan pintu rezeki bagi umat islam dan hal tersebut memang sudah tertulis di dalam hadist Rasulullah. Namun sebelum kita membahas mengenai apa saja manfaat sholat dhuhabagi umat muslim, kita akan membahas mengenai bagaimana tata cara sholat sunah dhuha terlebih dahulu sehingga nantinya di dalam menjalankan sholat akan lebih maksimal. Dan berikut ini adalah tata cara dari sholat dhuha yang bisa diperhatikan:
  1. Yang pertama adalah membaca niat di dalam hati sembari takbiratul ihram, bisa mengucapkan niat menggunakan bahasa Arab maupun bahasa sendiri yang terpenting adalah memang niat untuk melakukan sholat dhuha.
  2. Kemudian untuk langkah berikutnya adalah membaca doa iftitah dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah. Kemudian jika sudah selesai dalam membaca surat Al Fatihah, dilanjutkan dengan membaca surat pendek yang dibisa. Namun akan lebih afdol jika membaca surat Asysyams pada rakaat yang pertama dan pada rakaat yang kedua membaca surat Al Lail. Namun jika memang belum hafal, maka bisa membaca surat pendek yang lainnya.
  3. Setelah itu melakukan gerakan ruku’ dan juga membaca bacaan tasbih sebanyak tiga kali, kemudian dilanjutkan dengan gerakan I’tidal serta membacakan bacaannya.
  4. Kemudian lakukan gerakan sujud serta membaca tasbih sebanyak tiga kali dan diikuti dengan gerakan duduk di antara dua sujud serta membacakan bacaannya. Setelah itu dilanjutkan dengan gerakan sujud kembali sembari membaca bacaan saat sujud.
  5. Setelah semua gerakan tersebut selesai, berarti rakaat pertama sudah selesai, dan pada rakaat kedua, tata caranya sama dengan rakaat pertama. Kemudian setelah rakaat kedua selesai, pada saat tasyahhud akhir selesai, maka ucapkan salam sebanyak dua kali. Dan jika memang di dalam melakukan kegiatan sholat dhuha memilih lebih dari dua rakaat, maka tata caranya juga tetap sama dan di dalam melakukannya juga jika sudah dua rakaat selesai maka salam begitu seterusnya.
Manfaat sholat dhuha memang sangat banyak bagi kesehatan, tidak sampai di situ tentu Allah akan membukakan pintu rezeki bagi kita yang menjalankannya.

Apa sih Manfaat Sholat ? ...

Barang siapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barang siapaberbuat kejahatandibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi). Katakanlah (Muhammad) “Sesungguhnya Tuhanku telah memberiku petunjuk ke jalan yang lurus, agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus. Dia (Ibrahim) tidak termasuk orang-orang musyrik. Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim).
(QS. Al An’am 160-163)
Hadis no 527 atau cetakan lain nomor 496 :

حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ هِشَامُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ الْوَلِيدُ بْنُ الْعَيْزَارِ أَخْبَرَنِي قَالَ سَمِعْتُ أَبَا عَمْرٍو الشَّيْبَانِيَّ يَقُولُ حَدَّثَنَا صَاحِبُ هَذِهِ الدَّارِ وَأَشَارَ إِلَى دَارِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي بِهِنَّ وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي

Telah menceritakan kepada kami Abu al-Walid Hisyam ibn Abdul Malik, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku al-Walid ibn al-‘Aizar, dia berkata: Aku mendengar Abu Amru al-Syaibani, dia berkata: Pemilik rumah ini menceritakan kepada kami -seraya menunjuk rumah Abdullah؟ ia berkata: Aku pernah bertanya kepada Nabi saw Amal Apakah yang paling dicintai oleh Allah? Beliau menjawab: Shalat pada waktunya. Abdullah bertanya lagi, Kemudian apa kagi? Beliau menjawab: Kemudian berbakti kepada kedua orangtua. Abdullah bertanya lagi, Kemudian apa kagi? Beliau menjawab: Jihad fi sabilillah. Abdullah berkata: Beliau sampaikan semua itu, sekiranya aku minta tambah, niscaya beliau akan menambahkannya untukku.
Berdasarkan hadits di atas kita dapat mengetahui bahwa shalat adalah amalan yang paling utama. Karena amalan paling utama, tentu shalat mempunyai banyak manfaat, diantaranya :
  • untuk mengingat Allah.
  • untuk mencegah perbuatan keji dan mungkar.
  • merupakan hubungan langsung manusia dengan Tuhannya.
  • Merupakan sarana berdekatan dengan Allah SWT. Sebab, semakin sering kita berdekatan dengan Allah SWT maka kita akan semakin untung. Oleh sebab itu, kita harus bersyukur dengan adanya sholat lima waktu.
Sholat merupakan jenis ibadah yang sudah ditetapkan waktunya sehingga kita seharusnya sholat di awal waktu. Dahulu, pada zaman tabi’in, di Damaskus, Annas bin Malik pernah menangis saat orang-orang tidak memperhatikan sholat. Sholat tidak lagi diperhatikan dengan kuat. Bagaimana dengan kita saat ini? Mungkin akan kering air mata Annas bin Malik melihat kondisi sholat kita saat ini.

Hadis no. 530 atau cetakan lain no. 499

حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ زُرَارَةَ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ وَاصِلٍ أَبُو عُبَيْدَةَ الْحَدَّادُ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي رَوَّادٍ أَخِي عَبْدِ الْعَزِيزِ قَالَ سَمِعْتُ الزُّهْرِيَّ يَقُولُ دَخَلْتُ عَلَى أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ بِدِمَشْقَ وَهُوَ يَبْكِي فَقُلْتُ مَا يُبْكِيكَ فَقَالَ لَا أَعْرِفُ شَيْئًا مِمَّا أَدْرَكْتُ إِلَّا هَذِهِ الصَّلَاةَ وَهَذِهِ الصَّلَاةُ قَدْ ضُيِّعَتْ وَقَالَ بَكْرٌ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ الْبُرْسَانِيُّ أَخْبَرَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي رَوَّادٍ نَحْوَهُ

Telah menceritakan kepada kami Amru ibn Zurarah, dia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Abdul Wahid ibn Washil Abu Ubaidah al-Haddad, dari Usman ibn Abu Rawwad saudara al-‘Aziz ibn Abu Rawwad, ia berkata: Aku mendengar al-Zuhri, dia berkata: “Aku pernah menemui Anas ibn Malik di Damaskus, sementara saat itu ia sedang menangis. Aku lalu bertanya: Apa yang membuatmu menangis?” Anas lalu menjawab: “Aku tidak pernah mengen al-sasuatupun di zaman Rasulullah saw seperti apa yang aku temui sekarang selain masalah shalat. Shalat sekarang ini sudah dilalaikan.” Bakar ibn Khalaf, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn Bakar al-Barsani, telah mengabarkan kepada kami Usman ibn Abu Rawwad dengan hadis seperti ini.
Kondisi umat saat ini lebih banyak yang menjadikan sholat sekadar rutinitas saja sehingga tidak terasa manfaatnya. Lihat saja, saat kita ketinggalan pesawat apakah kita menangis? Ya! Saat kita ingin membeli sesuatu namun tokonya tutup apakah kita menangis? Anak kita yang masih polos ketinggalan sesuatu, nagiskah dia? Ya! Namun, apa yang kita lakukan saat ketinggalan sholat? Apakah kita menangis? Sayang sekali..
Masyarakat kita saat ini kondisinya memang parah sekali. Jangankan sholat di awal waktu berjama’ah di masjid. Banyak yang tidak sholat. Mengapa tidak merasakan manfaat sholat? Karena kita take and give dengan Tuhan kita. Kita inginnya Tuhan memberikan kesenangan kepada kita baru kita balas dengan sholat. Seolah-olah jual beli. Padahal kita lahir, bernafas, degup jantung berdetak semua itu gratis dari Tuhan. Kita inginnya dapat uang, baru sholat, daat kesenangan, baru sholat. Kita inginnya Allah kelihatan nyata baru kita sembah. Tidak mau memikirkan dulu, menimani dulu. Materialisme mulai merambah masyarakat kita.
Bagaimana kita dapat merasakan manfaat langsung dari sholat? Coba kita ‘tantang’ diri kita. Kita optimalkan sholat lima waktu berjama’ah selama semingu saja. Berusaha untuk khusyu’ dan perbaguslah wudhu’nya. Minta apa yang kita inginkan secara sungguh-sungguh sama Allah SWT. Apakah ada perubahan? Jika belum berubah,  tambahlah hingga dua minggu. Belum berubah juga? Tambahlah menjadi 40 hari. Jika 40 hari kita telah melakukannya dengan baik, InsyaAllah diiringi dengan usaha kita akan mendapatkannya.
Sholat memiliki manfaat langsung, manfaat langsung dari sholat ialah menghilangkan dosa-dosa kita. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah Saw. berikut i
Hadis nomor 528 atau cetakan lain nomor 497 ;

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ حَمْزَةَ قَالَ حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي حَازِمٍ وَالدَّرَاوَرْدِيُّ عَنْ يَزِيدَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ قَالُوا لَا يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا قَالَ فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا

Telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibn Hamzah, dia berkata: Telah menceritakan kepadaku Ibn Abu Hazim dan Ad Darawardi, dari Yazid -yakni Ibn Abdullah ibn al-Hadi-, dari Muhammad ibn Ibrahim, dari Abu Salamah ibn Abdurrahman, dari Abu Hurairah, bahwa ia mendengar Rasulullah saw bersabda: Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu rumah salah seorang dari kalian, lalu dia mandi lima kali setiap hari? Apakah kalian menganggap masih akan ada kotoran (daki) yang tersisa padanya? Para sahabat menjawab: Tidak akan ada yang tersisa sedikitpun kotoran padanya. Lalu beliau bersabda: Seperti itu pula dengan shalat lima waktu, dengannya Allah akan menghapus semua kesalahan.” 
Setiap manusia, suka tidak suka, sengaja tidak sengaja pasti melakukan dosa. Sebab, banyak hal yang dilarang Allah SWT yang tanpa sengaja kita lakukan. Banyak dosa yang tak kita inginkan. Misalnya, saat kita keluar rumah kita melihat orang-orang lain yang memamerkan auratnya. Saat di jalan, tiba-tiba ada yang naik kendaraan sangat cepat kemudian tanpa sengaja kita menyumpah-nyumpah. Maka itulah, sholat lima waktu dapat menjadi pembersih dari dosa-dosa kita.
Lalu, dosa-dosa bagaimanakah yang dapat dihapus oleh perbuatan sholat lima waktu? Mari kita simak hadits berikut.

عن عثمان بن عفان – رضي الله عنه – قال : سَمِعْتُ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – يقول : « مَا مِنْ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلاَةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءها ؛ وَخُشُوعَهَا، وَرُكُوعَهَا ، إِلا كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنَ الذُّنُوب مَا لَمْ تُؤتَ كَبِيرةٌ ، وَذلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ

Dari Usman Ibn Affan ra. Berkata : Aku mendengar Rasulullah Saw. Bersabda: Tidaklah seorang Muslim, ketika tiba waktu sholat wajib, lalu ia berwudhu dengan sempurna, kemudian sholat dengan khusyu’ dan menyempurnakan rukunnya, kecuali dosa-dosa yang pernah dia lakukan akan diampuni selama tidak melakukan dosa besar. Dan itu berlaku sepanjang tahun. (HR Muslim)
Berdasarkan hadits di atas, dapat kita ketahui bahwa dosa yang dapat dihapus oleh sholat ialah dosa-dosa kecil. Namun, kita tidak boleh menganggap remeh dosa-dosa kecil ini. sebab, meski kecil lama-lama akan ‘berkarat’ juga. Dengan sholat, akan ‘diamplas’ terus sehingga licin dan berkilat lagi. Sedangkan dosa-dosa besar, seperti mencuri, berzina, dll. tidak bisa dihapus dengan sholat saja. Akan tetapi, harus dengan taubatan nasuha. Dosa, jika masuk ke dalam tubuh kita, ke hati kita maka akan menggumpal di hati. Maka, harus segera dicuci dosa-dosa tersebut sebelum menutup hati kita.
Tanya jawab:
  1. Bagaimana cara membiasakan anak sholat tepat pada waktunya?
Ajari waktu berusia 7 tahun. Anak digandeng untuk diajak sholat berjama’ah. Tidak apa-apa jika kita agak lama sedikit berangkat ke masjid sebab mempersiapkan anak dahulu. Sepanjang perjalanan, kita dapat bercakap-cakap dengan anak mengenai manfaat sholat, keutamaan sholat, dan lain sebagainya. Bahasakanlah dengan cinta agar masuk dalam jiwa sang anak. Saat anak berusia 10 tahun, orangtua moleh memukul anak jika anak tidak mau sholat.
  1. Saat sedang melaksanakan rapat di sekolah, terkadang dimulai dari jam 11.00. kemudian, terdengar adzan. Ada peserta rapat yang ingin menghentikan rapat dan sholat dahulu, ada juga yang ingin meneruskan sebab ‘nanggung’. Sebaiknya bagaimana?
Dalam sholat, ada waktu afdhol dan ada juga waktu boleh. Jika ingin mengambil keutamaannya, pilihlah waktu afdhol. Namun, bisa dilihat juga berapa lama lagikah waktu kita rapat? Apakah rapatnya tinggal 15 menit lagi? Jika tinggal 15 menit lagi, boleh saja kita memilih untuk terus melakukan rapat lalu sesudah rapat tetap melaksanakan sholat berjama’ah. Namun, jika rapat masih lama, satu jam lagi misalnya, sebaiknya rapat dihentikan dahulu untuk menjalankan ibadah sholat, lalu melanjutkan rapat setelah sholat selesai.
  1. Ada hadits yang mengatakan bahwa jika tidak sholat akan menjadi kafir, seperti ini
Dari Buraidah ra. Dari Nabi saw. yang bersabda: Ikatan janji di antara kami (umat Islam) dengan mereka (orang-orang kafir) adalah sholat. Maka, barangsiapa yang meninggalkan sholat, berarti dia telah menjadi kafir. (HR. Al Tirmidzi)  lantas bagaimana jika kita tidak melakukan sholat?
Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja bukan berarti langsung menjadi orang kafir. Bahkan dikatakan, pembeda antara seorang Muslim dengan orang kafir adalah sholat. Ini untuk menunjukkan betapa tingginya, betapa agungnya posisi ibadah sholat dalam agama kita. Sehingga, ketika seseorang meninggalkan sholat diibaratkan menjadi ‘kafir’. Padahal, jika dilihat dari hukum jinayatnya, saat orang meninggalkan sholat sekali-dua kali belum dapat langsung dikatakan kafir. Seseorang ditetapkan kafir harus melalui mahkamah. Ditanya dahulu oleh hakim, “Kenapa kamu tidak sholat?” “Apa alasannya?” boleh jadi dia sakit, ada unsur syar’i, atau baru saja masuk Islam dan baru tahu. Maka, kafir di sini dikatakan kafir bukan kafir secara hakiki, tetapi kafir secara maknawi. Seperti orang kafir atau perilakunya seperti orang kafir jika tidak menjalankan sholat. Kecuali jika ia meninggalkan sholat dengan sengaja terus-menerus dan mengingkari perbuatan itu. Jika ia berkeyakinan seperti itu, dalam mahkamah pun ditanya dahulu apakah ia mau bertobat atau tidak.
Sholat menjadi amalan pertama yang akan dihisab. Dilihat dahulu, sholat lima waktunya bolong-bolong atau tidak. Bukan dilihat tepat waktu atau tidak, khusyu’ atau tidak, tapi yang dilihat ialah komplit atau tidak. Tepat waktu dan khusyu’ merupakan nilai tambah. Maka, celakalah orang yang meninggalkan sholat. Lalai. Seharusnya sholat 5 waktu tapi yang dikerjakan hanya 3 waktu. Orang-orang seperti inilah yang dikatakan lalai dalam sholat.
Lantas bagaimana jika ibadah kita yang lain banyak namun sholatnya belum banyak? Nilainya berbeda. Ibadah yang lain tetap ada sholatnya, namun berbeda nilainya. Nilai sholat ini besar sekali. Ibaratnya, jika saya tidak sholat sekali seperti saya kehilangan selembar 100.000. Namun, jika tidak infaq mungkin hanya kehilangan 5000. Lantas, apakah mungkin orang yang sholatnya bolong-bolong tertutup dengan amalan ibadahnya yang lain? Tidak! Tidak tertutup. Bahkan kurang, tekor! Sebab nilai sholat besar sekali. Sholat lima waktu saja sudah berbeda dengan sholat sunnah. Sholat wajib ibarat tiang pada sebuah rumah. Jika tidak ada tiang, maka rumah akan roboh. Sholat sunnah ibarat hiasan-hiasan saja. Maka, saat tiang roboh, tidak bisa digantikan dengan hiasan. Maka, orang yang tidak sholat wajib tidak bisa digantikan dengan banyaknya sholat sunnah. Kita harus memiliki amalan unggulan, setelah amalan utama kita cukup. Misalnya, kita mampu bersedekah namun tak kuat berpuasa. Maka, setelah kita konsisten sholat lima waktu, boleh jika tidak kuat puasa sunnah, tapi sedekahnya kencang.
Wallahu a’lam.

Selasa, 20 Maret 2018

Apa Hukumnya Imam Lupa Takbir 7x Ketika Shalat Ied ?

Apa Hukumnya Imam Lupa Takbir 7x Ketika Shalat Ied ?


Saat ini kita akan membahas " bagaimana hukum imam yang lupa takbir 7x ketika shalat ied.


jawabanya adalah Sebenarnya Tidak apa-apa dan sah-sah saja sholatnya tapi, jika dia lupa dan teringat pada saat membaca surah al-fatihah maka dianjurkan bagi imam tersebut untuk kembali ke takbir 7x tersebut .Kenapa demikian ??? ...

Karena hal ini untuk menjaga nama baik imam tadi agar tidak di pandang oleh para jamaah sholat ied  

Adapun jika tidak sengaja imam tidak berdosa tapi apabila ada unsur kesengajaan dalam melakukannya maka imam tersebut telah mendapat dosa dan menanggung dosa para jamaah karena unsur kesengajaan itu.

Hal ini dikarenakan ketidaktahuan umat atas suatu perkara hal yang wajib dan yang sunah. Maka disarankan bagi imam tersebut untuk kembali ke posisi takbir . 

Mungkin hanya ini sebatas yang al-faqir tahu semoga bermanfaat bagi pembaca ,Amin.

Tawassul Boleh Dan Benar adanya oleh agama islam.

Bolehkah menghadiahkan pahala bacaan Al-Quran dan dzikir kepada orang yang telah mati? Ya, itu dibolehkan. Madzhab yang benar dan terpili...